Saturday, November 17, 2007

rintih angin memanggil daun

daun bergoyang ditiup angin
mengajak bermain bersama di angkasa
meliuk diantara udara
bergembira sepanjang masa
walau suka hanya sementara.

di dunia fana ini
aku masih bersangsi
tentang mimpi
yang sampai saat ini
tak juga kuyakini

hanya kata kata bisu
yang selalu mengikatku
dalam rantai moral beku
aku percaya itu masalahku

permasalahan utama, ini dunia
bukan surga juga neraka
tidak pasti juga,
apa yang tertulis
karena kini masalahnya
siapa yang bertaruh paling besar
seperti bermain di bursa efek jakarta
menjadi spekulan,
sambil berharap margin tidak mentok
setiap detik menjadi berarti
karena katanya time is moni

kata siapaa ?
aku hanya bisa tertawa
pada semua kelucuan di dunia
masalah datang silih berganti
dan tiap detiknya selalu berarti
kau bisa berkata ya detik ini
kau juga bisa berkata tidak,
pada detik selanjutnya
tinggal siapa yang bertaruh paling besar
dan berharap margin tidak mentok!

dan sekali lagi
aku hanya bisa tertawa.
sampai nafas berhenti
dan mata terpatri
kembali pada daun
yang dipanggil angin untuk bermain
meliuk diantara udara
yang juga angin ternyata!

pandi merdeka nurdiansyah
18 November 2007 jam 1 malam

Monday, October 15, 2007

Debu menyala Api Padam

tak ada api menyala kali ini
di sela periuk hitam bertangkai kayu
ibu-ibu kembali berteriak
di sela takbir membahana
bapak menangis di sela rintih
anak anaknya meminta..

ini dunia kejam bung
tak ada cinta
yang ada hanya nestapa.

maka aku mulai melupakan cinta
di sela nyerinya yang kini menikam dada
dia...selalu terbayang
tapi harus cepat ku lupakan
aku tak ingin menjadi penghalang

biarkan kulawan gelapnya malam
dengan sisa sinar yang ada di tubuhku
lalu terbakar habis bersama cita-cita
dan melayang menuju firdausnya
akan kuminta satu bidadari
yaitu kau...

selesailah sudah keinginan.
wajalnaaa
wajalnaaaa
laisa ana
walakinnahum
laisa ana.

ciputat 15 oktober 2--7

Sunday, October 7, 2007

>>IN the Name of Allah<<

Berhentilah mencaci maki kegelapan
lebih baik kau nyalakan secercah cahaya
bagi mereka yang kegelapan

Tebarkanlah iman dengan cinta
gubahlah dunia dengan prestasi
jadikan hidupmu penuh arti
setelah itu bolehlah bersiap untuk mati

kalau kelak datang hari perjumpaan
basahkan bibirmu dengan ucapan kalimat toyibah
Laa ilaaha illalloh


Dauzan Farouk

mengenang Mbah Dauzan Farouk
Mbah DAUZAN FAROUK, pengelola Mabulir Yogya, Pejuang Literasi Indonesia, meninggal dunia 6 Oktober 2007. Dimakamkan ba'da Ashar.
--tunggu aku disisiNya, tenanglah---

Thursday, August 16, 2007

Hidup mahasiswa

Hidup rakyat

Hidup mahasiswa

Hidup rakyat

Acungkan tangan kiri kalian kawan kawan

Jangan takut, kiri tidak selalu berarti komunis

Akan tetapi pembuktian bahwa

Kau mempergunakan otak dan tenagamu

Untuk kepentingan

Orang-orang di pegunungan

Orang-orang di pesisir

Orang-orang di pelosok

Juga orang yang termarginalkan di kota kota

Hidup rakyat

Hidup mahasiswa

Hidup rakyat

Hidup mahasiswa

Jangan pernah lupa dimana kamu lahir

Jangan pernah lupa siapa ibu

Dan siapa bapakmu

Jangan pernah lupa apa tanah airmu

Jangan pernah lupa apa negaramu

………..

Merah putih masih berkibar

Tertiup angin terguyur hujan

Tersengat panas, disiram debu

Aceh berdarah

Papua berdarah

Timor berpisah

Ambalat amblas

Apalagi ?

Apalagi ?

Apakah kita harus menunggu

Satrio piningit ?

Apakah kita harus menunggu

Ratu adil ?

Atau kita mulai dari sekarang

Menyusun batu perbatu

Walau butuh banyak tenaga

Harus ada yang kita kerjakan bung!

Biar kebenaran sejati muncul

Biar hati nurani tidak muntul

Harus ada yang dipikul

Aku Masih teringat perkataan seorang sastrawan besar

“orang-orang selalu bilang

Kebenaran pasti menang pada akhirnya

Namun kebenaran tidak turun dari langit

Kebenaran harus diperjuangkan untuk menjadi benar.”

Asah nurani mu kawan

Jangan gampang muntul seperti silet murahan

Pakai kebenaran sejatimu kawan

Hidup mahasiswa

Hidup rakyat

Hidup mahasiswa

Hidup rakyat

Semoga tuhan bersamamu

Dan semoga kita bertemu di surga

Pandi Merdeka Nurdiansyah
Ciputat 29 05 07
dibacakan pada panggung peringatan tragedi Trisakti 98 di UIN Syahid Jakarta

Saturday, July 21, 2007

-dalam hati bekunya-

tak ada yang bisa ditebak dari hatimu
kadang marah, bisu, sedih dan kalu
namun, malam ini kau segar.
energi ini memang yang ku harapkan
aku ingin tertular,
agar tak ada sesak di dada dan tetap bugar

senyum-mu menandakan itu
sudah kah hilang kesedihanmu
ingin kutanyakan
namun kulupakan
agar tak terkenang memori itu di kepalamu

deru kipas CPU mengganggu lagi.
lantunan rock and roll membahana
serasa malam tak lagi malam
siang yang abadi.

kopi hitam tak lagi penuh juga tak kosong
mulut enggan meminumnya
karena tak ada nikotin yang merongrong paru-paru
cemilan-cemilan penuh kolestrol merongrong
namun tetap manis pahitnya kopi yang menggoda
tuk dicicipi.

malam tetap berjalan walau aku berharap siang
memang harapan itu nisbi
jika tak diberi isi

Monday, July 9, 2007

biarkan aku gila mengikuti nada!

jangan gegabah kata,
jangan gegabah mata,
jangan gegabah badan,
aku ingin gila.
mengikuti nada.
mengikuti lantunan musik rock.
tapi aku heran.
aku tidak pernah melupakan musik negeriku.
aku sadar,
harus ada jalan keluar.
akhirnya aku dengar.
sebuah nada berkobar.
dari jantung indonesia.
jakarta.
tetap lantunkan harmonimu kawan,
dan biarkan aku gila mengikuti nada.

pandi merdeka nurdiansyah
http://pandinurdian syah.blogspot. com
http://5ansa3.blogspot.com

Sunday, June 24, 2007

Langkah kaki yang ragu

ragu ku melangkah
berat hati berat pikiran
entah apa yang menghadang
atau mungkin hanya perasaan

aku kembali dimana aku berada
tanpa gaduh yang terlena
semua berkaca
pada cermin maya
yang jatuh di di danau locness
tempat nessie berada
aku ingin bertemu dengannya
ingin kurasakan rasa
berkontemplasi dari zaman purba

pandi merdeka nurdiansyah
1 november 2005

Hari itu sebentar lagi

jalan kosong
ruang kosong
warung kosong
kampus kosong
ciputat kosong
entah kemana orang pergi
hari ini sepi
mudah mudahan ini
tidak abadi
aku ingin merasakan esok pagi
yang menenangkan hati
dimana semua bisa mengerti
dan satu hati
agar semua yang berhenti
bisa lancar kembali
dan menyonsong hari
yang lebih pasti

maafkan seluruh kesalahan
dari semua kejahatan
yang dilakukan badan
dan aku sendiri
tidak perlu disangsikan lagi
pasti
minal aidin wal faizin
mohon maaf lahir batin
kulu am wan antum bikhoirin

pandi merdeka nurdiansyah
3 november 2005

Indonesia

Beribu pulau bersatu dalam genggaman
Swarnadwipa, Jawadwipa sampai jalur sutra
Dua musim,
Satu warna dan kemajemukan bersatu
Hilang perbedaan
Lahir kesatuan
Dan tumbuh rasa kekeluargaan
Yakinilah
Penyakit tak akan datang
Mengikis satu persatu
Organ tubuhmu
Karena kau sudah mapan
Lagi pula banyak pengalaman
Bukan atas dasar pemaksaan
Tapi, kebersamaan…
Akankah itu abadi…
Ataukah menjadi nisbi?
Lalu lahir
Mayat hidup yang memiliki KTP
Tidak …!
Itu tak ‘kan pernah terjadi
Sampai aku mati dan kau mati
Aku ‘kan tetap meneruskan perjuangan
Gajah mada
Sampai aku memakan buah simalakama.


pandi merdeka nurdiansyah
3 Juli 2004

hambar

kenyataan hidup
memang pahit
tanpa belahan hati
tanpa kawan sejati
yang ada hanya bayang abadi

tuhan kabulkan doaku sekali lagi
bukan sekedar merasa
tapi memiliki
apa yang dikatakan
cinta oleh orang

memang aku manusia
tak pernah puas
tapi tolonglah tuhan
mungkin kau telah menghadirkan seseorang
untuk merasakan bagaimana mengasihi
tapi sekali lagi
aku ingin mencintai
dengan setulus hati
tanpa waktu
hingga sangkakala tertiup
hingga aku bertemu
di Kau
di surgamu
amin

pandi merdeka nurdiansyah

Aku beda kau

aku ingin bisa menjadi kau
aku ingin bisa menjadi kauu
aku ingin bisa menjadi kauuu

hingga hari ini aku sadar
bahwa aku harus menjadi aku
dan bukan kau
aku harus percaya pada diriku
dan menjadi aku yang sesungguhnya
aku nya aku
akunya aku
dan bukan kau

pandi merdeka nurdiansyah

inikah hidup

jika hari ini matahari turun
percayakah kau ia datang lagi besok
ini kabar gembira buat yang banyak pahala
bahwa matahari tak akan bersinar besok
tidak ada lagi kehidupan
yang ada hanya mahluk yang merencakan untuk berhibernasi dalam ruangan anti nuklir
lalu membayangkan mereka terbangun dalam surga yang terang benderang
ehm,... percayakan kau

pandi merdeka nurdiansyah

sepi...

sepi..
kata ini sering kejumpa
di setiap lintasan hidup
di setiap batasan mati

kosong, plong, dan hambar
mungkin itu takdir
takdir kehidupan modern
untuk hidup dalam kesepian

robot mengambil peran
play station mengambil teman
hingga yang tersisa hanya sepi
sendiri...
dalam dinding hati
yang terus berbunyi


pandi merdeka, siklusitu 24 januari 2006