Sunday, January 6, 2008

AMSAL SEBUAH GERIMIS

kawan makyun subuki
1;
manikmanik gerimis mengucur dari liang langit
menandai pergantian musim yang sangit
gadis mens pertama sehabis desah pada malam ke 365
membereskan rok dalam dan menghitung lunturan gincu
adalah jerit terompet raung knalpot histeria sengit

tangis gerimis adalah tumpahan resah seluruh cuaca
atas pesta petasan dan gigal tarian purba di atas panggung
sebuah monumen di pusat kota ngaceng ke langit muncrat kembang api
erangan mercon meledak keluar dari mulut seorang pejabat
adalah milyaran anggaran rakyat lingkap dalam sekejap

:huh sebuah pesta dungu dan fana

2;
maafkanlah mereka kasihanilah
petuah dan pepatah terpenjara dalam rak perpustakaan
kebajikan terperangkap di halaman album tua berdebu
masa depan begitu purba terselip di lipatan buku

dunia memang fana
apatah sebuah pesta
untuk itulah kita mencoba membangun keabadian
tersebab itulah dewadewa cemburu pada kita

: biarkanlah gerimis menggerbus kelampusan

Ciputat, 31 Desember 2007
Kamar Makyun, 00.00 WIB.
tangis gerimis dan erang kembang api pada pesta tahun baru

puisi oleh Hendri Yetus Siswono

Aku yang ingin kau lupakan*

Kau,
Jahat!
Ingin melupakanku
Bahkan ingin meninggalkanku menuju firdaus

Kau!
Lupakah kau pada apa yang telah kau ambil dari hatiku?
Lupakah kau bahwa kau pernah memasukinya dan mengguratkan banyak makna di sana?
Lantas kau pergi begitu saja tanpa menutup pintunya atau mengembalikan sesuatu yang pernah kau ambil dari sana?
Bahkan menyusun kepingan2nya agar kembali pada tempatnya semula pun tak terpikir olehmu

Tak inginkah kau mencoba menghadapinya? Bahwa cinta tak selamanya indah. Ada lika-liku yang menyertai perjalanannya.
Dan di saat kau menyatu dengannya, kau akan menghargai perjuangan itu.
Pun jika tak menyatu.

Tak tahukah kau bahwa dunia ini sungguh TAK kejam?
Dunia ini indah. Selalu ada sisi indah dunia melalui mata-mata yang melihatnya dari sisi yang indah.
Pun kepedihan akan terlihat indah. Jika kau lihat indah.

Mengapa kau hanya ingin melawan gelapnya malam?
Mengapa tak kau tantang siang?
Bukankah kau belajar dari matahari yang memberikan cinta pada dunia, melalui keberadaan siang?

Aku pun tak tahu.
Aku juga ingin mengingkarinya, berlariii, dan tak melihat ke belakang lagii, melihatmu.
Kau akan lebih baik jika tak pernah bertemu denganku.
Dan aku tak harus menjadi orang yang pernah membuat lubang besar di hatimu.
.............
.........
.....
...
..
.


Entah apa maksud-Nya mempertemukan kita.
Meski akhirnya harus membuat hatiku (dan hatimu) terobek2 (lagi), aku ikhlas.
Sebab tak semua orang bisa merasa pedi-perih dunia yang begini indah.
Entah kau? ikhlaskah?
Jika kau tak ikhlas, maafkan aku yang turut berperan menambah dosamu.


Dari aku,
yang ingin kau lupakan
*ditulis sebagai balasan dari debu menyala api padam.